Cara-cara ternakan burung waled
Oleh : Abdul Muis Muhd
1. SEJARAH
SINGKAT
Burung Walet
merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan
suka meluncur.
Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh
sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan
runcing, kakinya
sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak
pernah hinggap
di pohon.
Burung walet
mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah
yang cukup
lembab, remang-remang sampai gelap dan
menggunakan
langitlangit untuk menempelkan sarang sebagai tempat
beristirahat dan berbiak.
2. JENIS
Klasifikasi
burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order :
Apodiformes
Family :
Apodidae
Sub Family :
Apodenae
Tribes :
Collacaliini
Genera :
Collacalia
Species :
Collacaliafuciphaga
3. MANFAAT
Hasil dari
peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya
(saliva). Sarang
walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi
duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan
sakit paru-paru, panas
dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
begitu juga di gunakan sebagai campuran dalam masakan.
5. PERSYARATAN
LOKASI
Persyaratan
lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran
rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yang
jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan
perkembangan
masyarakat.
3) Daerah yang
jauh dari gangguan burung-burung buas
pemakan daging.
4) Persawahan,
padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, tasik, sungai,
rawa-rawa
merupakan daerah yang paling tepat.
6. PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA TERNAKAN WALED
6.1. Penyiapan
Sarana dan Peralatan
1) Suhu,
Kelembaban dan Penerangan
Bangunan untuk
kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan
penerangan yang
mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar
antara 24-26
derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan
kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi
plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran
air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan
ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu
lubang,
berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat
pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang
keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong
dari goni atau
kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung/bangunan
akan lebih gelap.
Suasana gelap lebih disenangi walet.
2) Bentuk dan
Konstruksi Bangunan
Umumnya, rumah
walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi
dari 10x15 m
sampai 10x20 m
Makin tinggi
wuwungan (bubungan) dan
semakin besar
jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet
dan lebih
disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan
tinggi.
Tembok atau
dinding bangunan dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian
luar dari campuran semen.
Bagian dalam tembokdinding sebaiknya dibuat dari
campuran pasir, kapur dan
semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan
suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen
dapat disirami
air setiap hari.
Kerangka atap
dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu
yang kuat yang
keliahatan tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat.
Atapnya terbuat
dari genting.
Bangunan walet
perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputarputar
dan resting room sebagai tempat untuk
beristirahat dan bersarang.
Lubang tempat
keluar masuk burung berukuran 20x20sm atau 20x35 cm persegi
dibuat di bagian
atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi
bangunan.
Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang
dicat hitam.
6.2. Pembibitan
Umumnya para
peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung
walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh
para peternak
tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi,
pemilik rumah
menyiapkan tape recorder atau bungi bunyian yang berisi
rekaman suara
burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan
jerami yang
menghasilkan
serangga-serangga
kecil sebagai bahan makanan burung walet.
1) Pemilihan
Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk
walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang
di dalam
bangunan baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk
dalam bangunan
baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari
wuara walet atau
sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu
waktu burung
kembali mencari makan.
2) Perawatan
Bibit dan Calon Induk
Di dalam usaha
budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan
pada sarang
burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet
yang sedang
melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan
setelah burung
walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet
diambil dan
dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam
panen ini dapat
dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet
dengan
menetaskannya di dalam sarang sriti.
a. Memilih Telur
Walet
Telur yang
dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda,
telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih
kemerahan, berumur 6–10 hari.
- Putih pekat
kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet
berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan
berat 1,97 gram.
Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh
menginap kecuali
dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara
yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
Letak kuning
telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak
ditemukan bintik
darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan
peneropongan.
b. Membawa Telur
Walet
Telur yang
didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur
yang masih muda
atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh,
sebaiknya berupa
telur yang sudah mendekati menetas.
Telur disusun
dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon
dimasukkan ke
dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.
Guncangan
kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan
telur mati. Telur
muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan
telur tua lebih
rendah.
3) Penetasan
Telur Walet
a. Cara
menetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim
bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur
walet.
Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue
untuk
menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat
menyebabkan
burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur
dilakukan pada
siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya
telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan
setelah menetas
akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta
mencari
makan.TTG BUDIDAYA PETERNAKAN Waled, Andycoms
b. Menetaskan
telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin
penetas sekitar 40°C
dengan
kelembaban 70%. Untuk
memperoleh
kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring
atau cawan
berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air
didalam cawan
tersebut tidak habis.
Telur-telur
dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendatar dan
jangan tumpang
tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan
hati-hati untuk
menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan
telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio
mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat
lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya
hidup akan
terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari
ke-12.
Selama penetasan
mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan
pembalikan atau
mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15
hari telur akan
menetas.
6.3.
Pemeliharaan
1) Perawatan
Ternak
Anak burung
walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum
mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar)
tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih
memerlukan
pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari
mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2
derajat/hari
dengan cara membuka lubang udara mesin.
Setelah
berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah
tumbuh anak walet
dipindahkan ke
dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat
pemanas yang
diletakan ditengah atau pojok kotak.
Setelah berumur
43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa
ke gedung pada
malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan.
Tinggi rak
minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan
dapat terbang
pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet
dewasa.
2) Sumber Pakan
Burung walet
merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya
adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah
terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan
sarang walet
yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan
makanan tambahan
terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk
mengasilkan
serangga adalah:
a. menanam
tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya
serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam
dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk
buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3) Pemeliharaan
Kandang
Apabila gedung
sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di
lantai harus
dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan
disimpan di gedung.
7. HAMA DAN
PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini memakan
telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan
suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu
yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua
lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang
akan digunakan
untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan
semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang
sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan
agar semut-semut
yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu
semut disiram
dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini
memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan
tidak sempurna.
Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida,
menjaga
kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang
agar tidak
menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan
Tokek
Binatang ini
memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet.
Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir,
ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di
sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin
dan dicat dan
lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
8. PANEN
Sarang burung
walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan
untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan
ketentuan
tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet
yang baik. Jika
terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi
gedung dan
burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan
pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para
pemilik gedung
perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen
sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa
cara, yaitu:
1) Panen
rampasan
Cara ini
dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet
itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan
yaitu jarak
waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang
burung pertahun lebih banyak. Kelemahan
cara ini tidak
baik dalam
pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah
karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang
sehingga tidak
ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis
karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan
waktu untuk
membuat sarang dan bertelur.
2) Panen Buang
Telur
Cara ini
dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua
butir. Telur
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai
keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga
4 kali dan mutu
sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun
kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk
menetaskan
telurnya.
3) Panen
Penetasan
Pada pola ini
sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan
sudah bisa
terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah
mulai rusak dan
dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya
adalah burung
walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman
sehingga
polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu
panen adalah:
1) Panen 4 kali
setahun
Panen ini
dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni
dan telah padat
populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama
dilakukan dengan
pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen
selanjutnya
dengan pola buang telur.
2) Panen 3 kali
setahun
Frekuensi panen
ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan
dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu,
panen tetasan
untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan
dan buang telur.
3) Panen 2 kali
setahun
Cara panen ini
dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak
populasi burung walet.
9. PASCAPANEN
Setelah hasil
panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan
penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari
kotorankotoran yang menempel
yang kemudian dilakukan pemisahan
antara sarang walet yang
bersih dengan yang kotor.
10. ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
10.1 Analisis
Usaha Budidaya
Untuk informasi
selanjutnya, hubungi kami di ,
di talian :
+60128259736, e-mail : riyanz8249@yahoo.com
Andycoms